KARYA: IRA SAFIRA
(Kelas 7C: SMPN 2 Tanggul)
Pada suatu hari ada anak yang merajuk
kepada ibunya. Anak itu bernama Beby. Dia merajuk kepada ibunya karena dia
tidak dibelikan sepeda baru. Dia menangis di bawah pohon yang rindang. Ibupun
datang kepadanya. “Sabar ya, anakku. Pasti ibu nanti membelikan sepeda baru
untukmu,” kata Ibunya.
Beby diam sajadan ibunya langsung pulang
ke rumah dengan wajah sedih. Beby termenung beberapa saat. Dia menemukan sebuah
botol yang ternyata di dalamnya ada peri kecil. “Benda apakah itu? Kok bisa
bergerak sendiri?” tanyanya dalam hati. Beby pun menghampiri botol tersebut dan
mengambilnya. Dia penasaran dan botol itu dibuka oleh Beby. Keluarlah seorang
putri peri cantik. “Terima kasih telah menolong saya, teman!” kata peri itu.
Beby sangat penasaran dia peri dari
mana. “Iya, sama-sama. Kamu siapa? Kok bisa sampai di sini?” tanya Beby.
“Begini ceritanya, saya Latu, anak dari
ratu peri. Penyihir telah membuat ibu saya menjadi sakit. Penyihir itu juga
membuat saya terkurung di dalam botol ini,” kata peri itu sambil memegang botol
itu dan menangis tersedu-sedu. “Bisakah kamu menolong ibuku?” tanya Latu.
“Insya Allah saya bisa menolong. Karena
ini untuk kebaikan,” jawab Beby.
“Ayo kita pergi ke negeri peri. Pegang
tanganku!” kata Latu.
Dalam hitungan satu,,,dua,,,tiga,,,
merekapun sampai di negeri peri. Beby melihat ke sekelilingnya. Dia melihat
peri-peri yang sedang asyik bermain-main.
“Hai Gisel, bagaimana keadaan ratu?”
tanya Latu.
“Hai Latu, keadaannya semakin memburuk.
Kata tabib kerajaan, obat yang sangat ampuh adalah air dari danau bunga. Dia
siapa, Latu?” tanya peri bernama Gisel.
“Tapi, kan, air danau bunga itu dijaga
oleh raksasa yang jahat dan bagaimana cara mengambilnya? Ini teman baruku dari
golongan manusia. Namanya Bebi,” jawab Latu.
“Salam kenal, Beby.”
“Iya, kita menjadi teman sekarang,”
jawab Beby.
Kata peramal kerajaan, yang bisa
mengambil air Danau Bunga adalah seorang anak dari golongan manusia dan anak
itu tidak manja dan harus mandiri,” jawab Gisel.
“Kita minta tolong saja kepada Beby,
mungkin dia mau,” usul Latu. “Apakah kamu mau membantuku, Beby?” tanya Latu
pada Beby.
“A...a...apa aku? Aku kan anaknya manja
dan tidak mandiri,” jawab Beby.
“Iya, tidak apa-apa. Nanti kita buat
kamu menjadi anak yang tidak manja dan lebih mandiri lagi dengan cara kamu
membantu raksasa jahat seperti membersihkan atau mencuci baju. Kamu mau tidak?”
tanya Gisel.
“Mau. Demi kebaikanmu, Latu,” jawab
Beby.
Mereka mengantar Beby ke tampat air
danau bunga. Beby masuk ke dalam gua dan melihat makhluk besar berwarna hijau.
Itu adalah raksasa yang dimaksud.
“Kamu siapa? Beraninya datang ke sini!”
tanya raksasa itu sambil melotot.
“Sa...sa...saya Beby. Saya ke sini untuk
mengambil air danau bunga untuk membantu teman saya karena ibunya sedang sakit.
Kata peramal kerajaan obat satu-satunya hanya air danau bunga. Apakah saya
boleh mengambilnya?” tanya Beby kepada raksasa.
“Boleh saja, tapi apakah kamu mau
membantu mencuci baju dan tinggal di sini selama seminggu?” tanya raksasa.
“Saya mau,” sahut Beby.
Bebypun melakukan janji itu selama
seminggu. Beby mencuci baju, menanak nasi, dan segala urusan yang lain. Setelah
seminggu, Beby pun diberi air danau bunga. Beby berterima kasih kepada raksasa
dan Beby pulang ke kerajaan.
“Ini air untuk menolong Ibumu, Latu!”
seru Beby.
“Terima kasih, ya, Beby,” ujar Latu.
“Sama-sama, Latu,” jawab Beby.
Latu pun meminumkan airnya ke dalam
mulut Ibunya. Tiba-tiba Ibunya bangun dan membuka matanya. “Terima kasih telah
menolong saya,” kata Ratu Karina.
“Sama-sama, Ratu Karina,” jawab Beby.
“Sebagai imbalannya ambil madu ini. Madu
ini tidak biasa. Jika kamu ingin membeli sesuatu, tinggal kamu ambil setetes
dan madu ini berubah menjadi uang,” kata Ratu Karina.
“Terima kasih, Ratu Karina,” jawab Beby.
“Sama-sama,” jawab Ratu Karina.
Dalam hitungan satu,,,dua,,,tiga,,, Beby
pun kembali ke tempat asalnya di bawah pohon rindang. Dia bahagia karena dapat
mendapatkan petualangan dan bisa menolong orang lain. Dia pulang ke rumah dan
menceritakan semua apa yang terjadi pada dirinya.
“Bu, saya akan mengambil setetes madu
untuk mencukupi kebutuhan kita,” kata Beby.
“Iya, Nak. Tapi, jangan serakah bila
mendapatkan uang dari madu dan kita harus membagikan rezeki ini kepada orang
lain,” jawab Ibu.
Ibu dan Beby mendirikan sebuah sekolah
untuk membantu orang yang tidak bisa membiayai sekolah. Ibu dan Beby bahagia
karena melihat orang yang dibantunya bahagia. Mereka hidup dengan tenteram dan
sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar