Selamat Datang, ^_^ Blog ini disediakan bagi yang suka, yang ingin membaca dan belajar bahasa

Sabtu, 24 Maret 2018

Yang Tercinta

Karya Ika Airen

Semestaku remuk
seremuk remahan atom

Sarafku terputus
menarik sisa-sisa napas

Saat kurasa semua adalah akhir
Saat kurasa bahwa mungkin ku t'lah buta
Saat kurasa sepertinya ku t'lah lelah
Hakikatmu muncul di semua inderaku
Mengisi seluruh kekosongan sarafku
Memenuhi setiap semestaku

Remahan semestaku kembali utuh
Sisa-sisa napasku kembali menyatu

Hakikatmu melingkupi aliran darah
Mendendang syahdu bersama aliran mata
Merasukkan sejuk menenangkan jiwa

Dan kini
Puisiku tak lagi indah
Ia mengalah dan menyerah
kepada yang terindah
dan yang tercinta

Jumat, 23 Maret 2018

Si Ceroboh Bunny

Karya Nashwa Zahrani Putri Jatmiko
(Kelas 7D SMPN 2 Tanggul)



Pada hari Minggu pagi yang cerah, seekor kelinci berwarna putih dengan bulu yang lebat sedang berjalan-jalan. Kelinci itu bernama Bunny. Bunny senang sekali berjalan-jalan. Tidak lama kemudian, ada seekor monyet yang sedang terlihat sedih dan resah. Monyet itu bernama Kimon dan ia terlihat sangat bingung.
“Mon, kenapa kamu terlihat gelisah?” tanya Bunny.
“Aku bingung. Hari ini adalah ulang tahun pamanku,” jawab Kimon.
“Lalu, apa yang ingin kamu berikan kepada pamanmu?” tanya Bunny.
“Aku masih belum mendapatkan hadiah yang bagus untuk pamanku.”
“Mon, bagaimana kalau kamu membuat banana cake saja?” usul Bunny.
“Tapi, aku tidak terlalu bisa membuat banana cake.”
“Kalau begitu, biar aku saja yang membuatnya,” kata Bunny dengan semangat.
“Oh, Bunny, terima kasih kamu bersedia membantuku membuat banana cake,” ujar Kimon senang.
“Iya, Mon, sama-sama. Aku juga senang bisa membantumu,” jawab Bunny.
Bunny pun pulang ke rumahnya dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat banana cake. Sementara Kimon mengambil pisang-pisang di rumahnya kemudian memberikannya kepada Bunny. Kimon sangat bersemangat ingin membuatkan pamannya banana cake. “Bunny, ini pisang untuk membuat kue,” seru Kimon.
“Baiklah, Mon. Apakah kamu ingin membantu membuatnya?” tanya Bunny.
“Sebenarnya aku sangat ingin membuatnya, tetapi aku harus memberitahu bibiku dan menyiapkan pesta untuk pamanku,” jawab Kimon dengan nada sedih.
“Sudahlah, Mon. Kalau begitu biar aku saja yang membuat banana cake untuk pamanmu. Kamu tak perlu sedih lagi,” kata Bunny.
“Sekali lagi maaf ya, Bunny. Membuat babana cake tidak terlalu sulit kan?” tanya Kimon.
“Tidak, Mon. Akan kuselesaikan jam dua belas siang,” kata Bunny.
“Bagaimana kalau jam sebelas  saja?” tanya Kimon.
“Baiklah, akan kuselesaikan tepat jam sebelas,” jawab Bunny.
“Terima kasih, Bunny. Aku akan segera kembali mengambil kuenya,”
“Iya, hati-hati di jalan,”
“Baik, Bun,”
Kimon pun pergi ke rumah Bibi Monyet Limon dan Paman Monyet Simon. Sementara Bunny melanjutkan membuat banana cake. Waktu pun menunjukkan pukul setengah sepuluh. Bunny terburu-buru membuat banana cake sampai ia lupa memasukkan gula ke dalam adonan. Saat kue sedang dipanggang di dalam oven, Bunny merasa sangat lelah dan tanpa sengaja tertidur. Tanpa disadari kue di dalam oven menjadi terlalu matang dan gosong. Bunny pun langsung terbangun karena mencium aroma gosong dari kue. Sementara waktu telah menunjukkan pukul sebelas tepat. Kimon pun datang ke rumah Bunny.
“Bunny, apakah kuenya sudah selesai kamu buat?” tanya Kimon saat memasuki dapur Bunny.
Bunny terlihat gugup, “Hmm, begini, Mon, sebenarnya sudah aku buatkan. Tetapi, kuenya gosong karena terlalu lama di dalam oven,” Bunny menjelaskan dengan rasa takut.
“Ya ampun! Kita tidak punya lagi untuk pesta pamanku. Mengapa bisa gosong? Aku kan sudah memberitahumu bahwa hari ini adalah hari yang sangat spesial untuk Paman Monyet Simon!” ucap Kimon dengan penuh emosi.
“Iya, aku tahu. Aku minta maaf atas kejadian hari ini. Aku tidak sengaja tertidur saaat memanggang kue karena aku sangat lelah,” kata Bunny dengan nada pelan dan sedih.
“Maaf? Apa menurutmu masalah ini akan selesai dengan kata maaf?” seru Kimon lalu pergi dari rumah Bunny.
“Tapi, Mon...” Bunny mencoba menahan Kimon pergi dari rumahnya tapi Kimon tak menghiraukannya. Bunny sangat bingung. Dia merasa sangat bersalah karena telah menghancurkan pesta yang sangat spesial. Tanpa berpikir panjang, ia pun pergi ke rumah Paman dan Bibi Kimon.
“Bibi Monyet Limon, saya ingin meminta maaf kepada Bibi, Paman Monyet Simon, dan Kimon,” kata Bunny.
“Iya, Bunny. Kimon sudah menceritakan kepada Bibi dan Paman. Bibi tidak akan marah tetapi kamu harus bertanggung jawab jika ada orang yang memberi tanggung jawab padamu,” kata Bibi Monyet Limon.
“Iya, Bi. Bunny tidak akan ceroboh lagi,” jawab Bunny sambil terisak.
“Kimon! Kimon! Kemarilah!” panggil Bibi Monyet Limon.
Kimon menghampiri Bibi Monyet Limon dengan wajah masih terlihat kesal sekali karena perbuatan ceroboh yang dilakukan Bunny. Bunny pun merasa malu karena telah mengacaukan pesta ulang tahun Paman Monyet Simon.
“Kimon, aku minta maaf karena telah merusak pesta ulang tahun pamanmu,” kata Bunny.
Kimon tetap diam tak mau berkata. Bibi Monyet Limon menggeleng-gelengkan kepala dan menjawab permintaan maaf Bunny kepada Kimon. “Kimon, sudah jangan perpanjang masalah ini. Bagaimana kalau kita membuat banana cake bersama-sama?”
Kimon berpikir sejenak lalu menjawab, “Baiklah, Bi. Kimon memaafkan Bunny.”
“Terima kasih,” jawab Bunny dengan senyuman.
“Ayo, kita segera buat kuenya!” ujar Paman Monyet Simon yang sejak tadi ternyata mendengarkan percakapan ketiganya.
“Oke, Paman,” jawab Kimon dan Bunny serempak.
Setelah itu, Paman Monyet Simon, Bibi Monyet Limon, Kimon, dan Bunny bersama-sama membuat banana cake. “Kimon, kamu dan Bunny siapkan bahan-bahannya, ya!” kata Bibi Monyet Limon. “Sementara Paman dan Bibi akan mengambil pisang di kebun kita.”
“Baiklah, Bi,” jawab Kimon dan Bunny.
“Kimon, kamu ambil gula dan panaskan mentega!”
“Baik,” jawab Kimon semangat.
Tak lama kemudian, Paman Monyet Simon dan Bibi Monyet Limon datang membawa pisang-pisang yang mereka ambil dari kebun. “Kimon, Bunny, apakah kalian sudah siap membuat adonan kuenya?” tanya Paman Monyet Simon.
“Sudah, Paman. Kami tinggal memasukkan pisang ke dalam adonan,” jawab Bunny.
“Ini pisangnya,” Paman Monyet Simon memberikannya kepada Bunny.
“Bibi dan Paman sebaiknya menunggu di luar saja. Biar kami yang menyelesaikan,” kata Bunny.
“Baiklah kalau begitu,” jawab Bibi Monyet Limon.
Kemudian, Bunny dan Kimon melanjutkan pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, mereka menghampiri Paman Monyet Simon dan Bibi Monyet Limon sambil membawa banana cake yang beraroma lezat.
“Taraa!!....Ini dia banana cake spesial untuk Paman!” seru Kimon.
“Wah, sepertinya rasanya lezat sekali,” ujar Paman Monyet Simon.
“Pasti, Paman. Karena yang membuat kue ini adalah Kimon dan Bunny!” kata Kimon bangga. “Paman, silakan tiup lilin.”
Paman Monyet Simon meniup lilin. Kimon, Bunny, dan Bibi Monyet Limon mengucapkan selamat ulang tahun kepada Paman Monyet Simon.
“Nah, Bibi dan Paman juga senang melihat kalian berdua akur kembali,” kata Bibi Monyet Limon kepada Kimon dan Bunny.
“Iya, Bi. Bunny juga tidak akan ceroboh lagi,” kata Bunny.
“Baguslah. Lain kali jangan ceroboh lagi, ya. Kalau kamu diberi amanat maka kamu harus bertanggung jawab dengan amanat itu. Jangan ceroboh seperti tadi. Kejadian hari ini adalah pengalaman bagimu,” ujar Bibi Monyet Limon dengan bijak.
“Iya, Bi,” jawab Bunny.
Sejak hari itu, Bunny berjanji untuk tidak ceroboh lagi. Akhirnya suasana pesta hari itu kembali meriah meskipun ada sedikit keterlambatan dalam membuat banana cake untuk Paman Monyet Simon.

  Ditulis kembali oleh Ika Airen

Senin, 19 Maret 2018

Kebohongan Membawa Malapetaka

Karya Ahmad Indra Firmansyah
(Kelas 7D: SMPN 2 Tanggul) 
  
Pada suatu hari, hiduplah seekor laba-laba yang suka berbohong. Ia suka meremehkan teman-temannya dan tidak mau berbagi. Sejak itu teman-temannya berkurang.
Suatu hari, ia sedang sibuk memperbaiki jaringnya yang rusak karena terkena hujan tadi malam. Tanpa disengaja ia melihat seekor semut yang sedang berjalan melalui jaringnya dengan pelan-pelan.
“Hei, Semut. Kenapa jalanmu lambat?” tanya si Laba-laba.
“Jalanku lambat, ya?” Semut balik bertanya.
“Iya,” jawab Laba-laba.
Sang Semut bertanya lagi, “Hei, Laba-laba, apakah kamu mempunyai makanan?”
“Eee....Maaf ya, Semut. Aku tidak punya makanan.”
“Oh, begitu.”
“Iya.”
Sang Semut pun meninggalkan Laba-laba dengan rasa kelaparan yang ditahan. Padahal ia sudah mengetahui bahwa ada makanan di salah satu ujung jaring milik Laba-laba. Tapi, Laba-laba berusaha menutupinya.
Keesokan harinya, Laba-laba sedang mengunjungi sarangnya yang lain. Saat ia sampai di sarangnya yang lain, betapa senangnya dirinya karena di sana banyak serangga yang terjerat oleh jaringnya.
“Wahh....Banyak sekali serangga di sini!” ujar si Laba-laba.
Malam harinya, ia berpesta sendirian memakan seluruh serangga yang terjerat oleh jaringnya. Saat ia tengah asyik menikmati makan malamnya, datanglah seekor katak.
Katak pun bertanya, “Ada pesta apa ini?”
Si Laba-laba menjawab, “Tidak ada apa-apa, kok.”
“Tapi, tadi aku mendengar kamu bilang, Pesta! Pesta!” sanggah Katak.
“Tidak. Aku tidak berkata begitu,” jawab Laba-laba.
Setelah itu, Katak pun pergi meninggalkan Laba-laba yang telah berbohong padanya.
Keesokan harinya, Laba-laba kembali ke jaringnya yang lain. Sesampainya di sana, Laba-laba terkejut karena jaring-jaringnya rusak.
“Ada apa dengan sarangku?” Laba-laba bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Karena hal itu, Laba-laba pun pergi ke hutan untuk mencari tempat baru yang dihuni banyak serangga.
Setelah berjalan cukup lama, ia menemukan tempat yang cocok untuk dirinya yaitu di dekat sungai. Di situ banyak sekali serangga.
Si Laba-laba mulai membuat sarang di pinggir sungai. Tak lama setelah sarang selesai dibuat, banyak serangga yang terjebak di sana. Laba-laba pun sangat senang.
“Wah, hari ini aku makan enak!” girang si Laba-laba.
Malam pun tiba. Pada saat itu turunlah hujan yang sangat lebat. Si Laba-laba merasa panik karena takut sarangnya rusak lagi dan dirinya jatuh hanyut ke sungai. Hujan terus mengguyur. Jaringnya mulai ada yang terputus. Si Laba-laba pun memperbaikinya tetapi tanpa disangka ia tergelincir dan jatuh ke sungai. Ia menjerit dan meminta tolong. “Tolong .... Tolong .... Tolong selamatkan aku!” teriak Laba-laba.
Tanpa disengaja, Laba-laba melihat sang Semut dan sang Katak yang sedang berteduh di pinggir sungai.
“Semut .... Katak .... Tolong aku!” teriak Laba-laba.
Sang Semut dan sang Katak tidak menghiraukan teriakan Laba-laba. Sang Katak pun berkata pada sang Semut, “Biarlah, Semut. Biar saja dia tenggelam. Dia sering berbohong pada kita.”
Setelah cukup lama meminta pertolongan kepada sang Katak dan sang Semut, si Laba-laba pun tenggelam. Semenjak hari itu, si Laba-laba tidak terlihat lagi.

Ditulis kembali oleh Ika Airen

Minggu, 18 Maret 2018

Idiom, Ungkapan, dan Kata Majemuk

Oleh Ika Airen



Di dalam bahasa Indonesia kerap kita dengar kata ungkapan. Selain ungkapan, ada juga yang dinamakan idiom dan kata majemuk. Lalu apakah perbedaan ketiganya?
Idiom disebut juga dengan ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang maknanya tidak dapat dirunut dari arti setiap komponennya atau setiap unsur pembentuknya. Makna sebuah idiom merupakan makna baru. Berbeda halnya dengan kata majemuk. Kata majemuk adalah gabungan kata yang maknanya dapat dirunut dari arti setiap atau salah satu unsur pembentuknya. Supaya lebih jelas, mari simak contoh berikut.

IDIOM
   1.      kambing hitam : orang yang dipersalahkan, tertuduh
   2.      meja hijau        : pengadilan
   3.      rumah tangga   : berkenaan dengan keluarga

Pada contoh nomor 1, frasa kambing hitam memiliki arti orang yang dipersalahkan (tertuduh). Makna baru yang terbentuk dari frasa kambing hitam yakni orang yang dipersalahkan, tertuduh tidak memiliki hubungan dengan kata “kambing” dan juga kata “hitam”. Dengan demikian, frasa kambing hitam membentuk makna baru yang tidak dapat dirunut dari unsur pembentuknya: kambing dan hitam.
Pada contoh nomor 2, frasa meja hijau memiliki arti pengadilan bukan meja berwarna hijau. Makna baru yang terbentuk dari frasa meja hijau yakni pengadilan, tidak memiliki hubungan dengan kata “meja” dan juga kata “hijau”. Dengan demikian, frasa meja hijau membentuk makna baru yang tidak dapat dirunut dari unsur pembentuknya: meja dan hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa frasa meja hijau disebut idiom.

Lalu, bagaimana dengan kata majemuk?

KATA MAJEMUK
   1.      rumah sakit      : gedung tempat merawat orang sakit
   2.      kereta api         : kereta yg terdiri atas rangkaian gerbong (kereta) yg ditarik oleh
                                    lokomotif, dijalankan dng tenaga uap (atau listrik) berjalan di atas rel

Jika dicermati, contoh 1 dan contoh 2 di atas tentu berbeda dengan idiom. Frasa rumah sakit bukan berarti rumah yang sakit, melainkan artinya adalah rumah atau gedung untuk merawat orang sakit. Arti dari frasa rumah sakit masih bisa ditelusuri dari unsur pembentuknya. Begitu pula dengan frasa kereta api memiliki makna yang masih bisa di runut dari unsur pembentuknya, yakni rangkaian gerbong (kereta) yang dijalankan dengan listrik atau tenaga uap. Makna dari frasa rumah sakit dan kereta api tidak jauh berbeda dengan unsur pembentuknya.
Ciri kedua dari kata majemuk ialah tidak dapat disisipi dengan kata lain, misal: yang atau sedang. Apabila sebuah kata majemuk disisipi kata lain maka artinya akan berbeda dan tidak logis (tidak masuk akal). Jadi contoh  dan 2 di atas jika disisipi kata yang maka akan menjadi:
1.      rumah yang sakit.
2.      kereta yang api

Perubahan kata majemuk akibat penambahan kata yang di atas tidak logis tidak logis/tidak berterima/tidak masuk akal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata majemuk tidak dapat disisipi kata seperti yang atau sedang dan juga tidak membentuk makna baru, artinya makna yang terbentuk masih dapat ditelusuri dari unsur pembentuknya.