Selamat Datang, ^_^ Blog ini disediakan bagi yang suka, yang ingin membaca dan belajar bahasa

Minggu, 11 Maret 2018

Karena Kartini


karya: Ika Airen

        Sudah setengah jam, Kartika mengurung diri di kamar. Dia sedang menyiapkan rencana proposal untuk rapat OSIS besok di sekolah. Proposal itu mengenai acara lomba di sekolah untuk memperingati hari Kartini. Sebagai ketua OSIS, Kartika ingin mengadakan lomba yang menarik sekaligus mendidik. Tapi, lomba apa? Itulah yang sedang dipikirkan Kartika saat ini.
        Kartika mulai bosan berpikir. Dia malah mengetuk meja belajarnya berkali-kali dengan pensil. Tanpa sengaja pensil itu terjatuh di bawah meja. Kartika berjongkok untuk memungutnya, tiba-tiba WUZZZ……. Setelah memungut pensilnya, Kartika berdiri. Tapi saat itu dia malah berada di sebuah tanah lapang. Di depannya berdiri sebuah rumah kecil.
       “Kenapa aku berada di luar? Di mana ini? Di mana kamarku?” Kartika kebingungan. Dia mengucek matanya berkali-kali, tapi tetap saja lingkungan di sekitarnya tidak berubah menjadi kamarnya. Kartika melihat pensil di tangannya. Dia yakin tidak sedang bermimpi. Tapi kenapa dia berada di tempat yang tidak dikenalnya?
        Kartika mendengar suara beberapa perempuan dari sebuah rumah kecil yang ada di depannya. Kartika masuk ke rumah itu karena mungkin saja orang-orang di sana bisa membantunya. Saat masuk rumah itu, Kartika terkejut, dia melihat Raden Ajeng Kartini sedang mengajar beberapa perempuan. Mereka seperti baru selesai belajar membaca. Sekarang mereka semua malah mengambil kain-kain. Mereka berlajar menyulam. Kartika melihat Ibu Kartini dengan telaten mengajari semua perempuan yang ada di sana.
       “Meskipun kita perempuan, kita punya hak yang sama dengan kaum laki-laki,” ujar Kartini. Perempuan-perempuan di ruangan itu mengangguk-angguk. “Perempuan tidak hanya harus berada di dapur dan merawat keluarga. Kita harus bisa mandiri, membaca, dan melakukan banyak hal bermanfaat lainnya,” kata Kartini lagi. Kartika mengangguk saat mendengar ucapan Kartini. Dia sangat setuju dengan Kartini bahwa perempuan juga bisa berprestasi. Tiba-tiba saja pensil Kartika terjatuh, dia mengambilnya dan…..Wuzz…..Tiba-tiba juga Kartika kembali lagi ke kamarnya dalam waktu sekejap. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dialaminya.
Keesokan harinya, Kartika mengumpulkan anggota OSIS untuk rapat mengenai acara lomba memperingati hari Kartini. “Kita adakan lomba cerdas cermat dan lomba menyulam,” usul Kartika.
“Ide bagus. Bagaimana kalau dengan lomba paduan suara menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini juga?”usul sekretaris OSIS.
Kartika mengangguk senang, “Aku setuju.” Akhirnya mereka semua sepakat dan mulai membuat proposal lomba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar