karya: Ika Airen
Sudah setengah jam, Kartika mengurung diri di kamar. Dia sedang menyiapkan rencana proposal untuk rapat OSIS besok di sekolah. Proposal itu mengenai acara lomba di sekolah untuk memperingati hari Kartini. Sebagai ketua OSIS, Kartika ingin mengadakan lomba yang menarik sekaligus mendidik. Tapi, lomba apa? Itulah yang sedang dipikirkan Kartika saat ini.
Kartika mulai bosan berpikir. Dia malah mengetuk
meja belajarnya berkali-kali dengan pensil. Tanpa sengaja pensil itu terjatuh
di bawah meja. Kartika berjongkok untuk memungutnya, tiba-tiba WUZZZ……. Setelah
memungut pensilnya, Kartika berdiri. Tapi saat itu dia malah berada di sebuah
tanah lapang. Di depannya berdiri sebuah rumah kecil.
“Kenapa aku berada di luar? Di mana ini? Di mana
kamarku?” Kartika kebingungan. Dia mengucek matanya berkali-kali, tapi tetap
saja lingkungan di sekitarnya tidak berubah menjadi kamarnya. Kartika melihat
pensil di tangannya. Dia yakin tidak sedang bermimpi. Tapi kenapa dia berada di tempat yang
tidak dikenalnya?
Kartika mendengar suara beberapa perempuan dari
sebuah rumah kecil yang ada di depannya. Kartika masuk ke rumah itu karena
mungkin saja orang-orang di sana bisa membantunya. Saat masuk rumah itu,
Kartika terkejut, dia melihat Raden Ajeng Kartini sedang mengajar beberapa
perempuan. Mereka seperti baru selesai belajar membaca. Sekarang mereka semua
malah mengambil kain-kain. Mereka berlajar menyulam. Kartika melihat Ibu
Kartini dengan telaten mengajari semua perempuan yang ada di sana.
“Meskipun kita perempuan, kita punya hak yang
sama dengan kaum laki-laki,” ujar Kartini. Perempuan-perempuan di ruangan itu
mengangguk-angguk. “Perempuan tidak hanya harus berada di dapur dan merawat
keluarga. Kita harus bisa mandiri, membaca, dan melakukan banyak hal bermanfaat
lainnya,” kata Kartini lagi. Kartika mengangguk saat mendengar ucapan Kartini.
Dia sangat setuju dengan Kartini bahwa perempuan juga bisa berprestasi.
Tiba-tiba saja pensil Kartika terjatuh, dia mengambilnya dan…..Wuzz…..Tiba-tiba
juga Kartika kembali lagi ke kamarnya dalam waktu sekejap. Dia hampir tidak
percaya dengan apa yang dialaminya.
Keesokan harinya, Kartika mengumpulkan anggota OSIS untuk rapat
mengenai acara lomba memperingati hari Kartini. “Kita adakan lomba cerdas
cermat dan lomba menyulam,” usul Kartika.
“Ide bagus. Bagaimana kalau dengan lomba paduan suara menyanyikan
lagu Ibu Kita Kartini juga?”usul
sekretaris OSIS.
Kartika mengangguk
senang, “Aku setuju.” Akhirnya mereka semua sepakat dan mulai membuat proposal
lomba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar