Oleh Airen Wulandari
Pengantar
Pendidikan karakter
merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada anak yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Awal terjadinya pendidikan karakter adalah di
dalam keluarga. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendidik karakter anak,
diantaranya dengan pendidikan sekolah, diskusi dalam keluarga dan lain
sebagainya. Salah satu bentuk pendidikan karakter di dalam keluarga dapat
dilakukan oleh orang tua dengan cara belajar mendengarkan anak, karena dengan demikian
maka akan tercipta hubungan anak dan orang tua yang harmonis sehingga
pembentukan karakter baik anak mudah tercipta.
A Pengertian
Mendengarkan
Mendengarkan
adalah sikap hati seorang pendengar yang baik, bukan mendengarkan karena tidak
memiliki sesuatu yang bisa dikatakan. Berbeda dengan mendengar yang artinya adalah menangkap bunyi atau
ujaran tanpa perencanaan, mendengarkan merupakan suatu kegiatan menangkap
ujaran dengan perencanaan dan kesengajaan secara sadar. Mendengarkan dapat
membuat suatu hubungan menjadi lebih akrab dan terbuka. Namun, untuk mencapai
hubungan tersebut seseorang harus menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu kemudian
melakukan pendidikan karakter terhadap anak.
B 10
Cara Untuk Menjadi Pendengar yang Baik
Untuk menjadi pendengar yang baik
tidaklah mudah, oleh karena itu, diperlukan beberapa tahap atau cara. Berikut
beberapa cara untuk menjadi pendengar yang baik.
1
Pusatkan
perhatian Anda pada anak yang sedang berbicara dan dengarkan apa yang dia katakan. Jangan
biarkan pikiran Anda melayang ke tempat lain.
2
Pandanglah
mata anak dengan wajar. Ini memberikan kesan bahwa Anda memperhatikan apa yang diucapkannnya dengan
sungguh-sungguh.
3
Berikan
respon yang bersahabat. Respon kecil yang mungkin tampak sepele dapat
membuat
anak merasa dihargai. Sekali-kali
Anda bisa mengangguk, menggelengkan kepala, tersenyum, tertawa atau memberikan
komentar pendek seperti "Oh, ya?", "Hebat!", "Luar biasa!"
4
Berikanlah
kesempatan pada anak untuk menyelesaikan apa yang ingin diutarakannya. Hindari kebiasaan memotong
pembicaraan anak. Selain tidak sopan, kebiasaan itu dapat
membuatnya merasa kesal
dan tersinggung.
5
Bila
Anda merasa bosan atau tidak berminat dengan topik pembicaraannya, alihkan
dengan perlahan-lahan. Jangan sesekali mengubah topik pembicaraan secara
mendadak.
6
Buatlah
anak bergairah
untuk terus berbicara. Apabila Anda berhasil memancing gairah anak yang semula kurang antusias, maka
Anda telah berhasil merebut hatinya.
7
Kendalikan
diri untuk tidak tergoda ingin mengalahkan anak Anda.
8
Dalam
kasus-kasus khusus, belajarlah untuk meringkas apa yang diuraikan oleh anak
sebelum memberikan
komentar atau nasehat. Bersikaplah seperti seorang dokter yang mendiagnosa dulu penyakit pasiennya
dengan teliti sebelum menyimpulkan apa
penyakitnya dan memberi resep obat.
9
Belajarlah
peka terhadap motif anak, mungkin dia sedang mencurahkan isi hatinya tanpa keinginan
untuk dinasehati, apalagi disalahkan. Jadi Anda cukup berperan sebagai
pendengar saja, mungkin dia sedang menceritakan pengalaman agar Anda memujinya. Apabila
demikian, pujilah dengan spontan dan tulus.
10 Belajar untuk mendengar dengan tulus. Semua kiat di atas tidak akan membuat Anda menjadi
pendengar yang
baik bila tidak dilakukan dengan tulus.
C Pendidikan
Karakter
Pendidikan
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bertabiat, bersifat, berwatak.
Menurut Tadkiroatun Masfiroh (UNY 2008,) karakter mengacu pada serangkaian
sikap(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi dan keterampilan(skill).
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
tidak jujur, kejam, rakus, dan berperilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral
disebut dengan berkarakter mulia.
D Pendidikan
Karakter Anak Melalui Belajar Mendengarkan
Pendidikan karakter anak di dalam
keluarga lebih efektif dengan cara memberi kesempatan anak berbicara dan
mendengarkannya dengan tulus sehingga mampu menciptakan keterbukaan antara anak
dan orang tua. Anak sering berbicara hal-hal yang sederhana, kurang menarik dan
dianggap kurang penting oleh orang dewasa. Selain itu, anak juga kerap
menunjukkan reaksi emosional yang berbeda dari orang dewasa, merasa kagum oleh
sesuatu yang dianggap biasa saja oleh orang dewasa, khawatir dan takut terhadap
sesuatu yang dianggap tak masuk akal oleh orang dewasa bahkan anak sering
berbicara yang lebih tepat disebut pembelaan ketika disalahkan oleh orang tua
dan dianggap perlawanan atau bahkan pembangkangan terhadap orang dewasa.
Kualitas kepribadian anak sangat bergantung pada keluarga terutama orang tua.
Apakah anak akan menjadi orang berandalan atau orang yang sukses, sangat
ditentukan oleh karakter yang dibentuk. Salah satu pendidikan karakter anak
dapat dilakukan dengan cara belajar mendengarkan anak. Pendidikan karakter
terhadap anak dapat dimulai dengan menjadi pendengar yang baik ketika anak
bercerita, setelah orang tua berhasil menjadi tempat curahan hati sang anak,
maka orang tua akan dengan mudah mendapatkan hati sang anak, langkah selanjutnya
adalah menanamkan pendidikan kepada anak.
Ketika anak bercerita, cobalah
perlahan-lahan membuka peluang untuk mendiskusikan masalah atau pembicaraan
dengan memasukkan penanaman karakter dari berbagai aspek, misalnya aspek agama,
moral, adat dan lainnya, sehingga anak tidak merasa mendapat “ceramah” tetapi
mendapatkan suatu pelajaran baru dengan cara yang menyenangkan tanpa merasa tidak
diacuhkan. Pembelaan sering dilakukan anak ketika diamarahi atau merasa
disudutkan oleh orang tua akibat kesalahan yang telah mereka lakukan. Dalam
situasi tersebut orang tua cenderung memarahi dan meminta anak untuk
mendengarkannya. Hal ini dapat mengakibatkan
anak semakin melawan orang tua dan yang lebih buruk apabila lagi anak
tidak menemukan “tempat” untuk mengeluarkan apa yang dialaminya, tidak menutup
kemungkinan anak akan melampiaskan perasaanya kepada orang lain yang belum
tentu baik baginya atau bahkan terseret pada hal-hal yang dilarang seperti
halnya narkoba. Pada keadaan demikian, mengalah, meredakan emosi dan mendengarkan
anak perlu dilakukan orang tua. Selanjutnya anak dinasehati dengan baik-baik
tanpa menyinggung perasaanya, sampaikan kesalahan anak dengan perlahan tetapi
juga tegas. Dengan demikian akan tercipta keterbukaan antara orang tua dan anak
sehingga pembentukan karakter anak yang baik mudah dibentuk.
Banyak hal yang didapat dengan
pendidikan karakter melalui menjadi pendengar yang baik bagi anak. Anak belajar
bagaimana harus berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, anak tidak
akan segan untuk menyampaikan pendapatnya, ia akan lebih menghargai orang lain
sebagaimana ia dihargai ketika didengarkan, serta nasehat orang tua akan diterimanya
dengan baik.
Kesimpulan
Wadah pendidikan karakter dimulai dari keluarga.
Pembentukan karakter anak dapat dibentuk dengan berbagai macam pendidikan
karakter, salah satunya ialah dengan cara belajar mendengarkan anak. Melalui
menjadi pendengar yang baik, orang tua dapat mengetahui karakter dan apa yang
dibutuhkan anak sehingga dapat menasehati anak tanpa menyinggung perasaannya.
Dengan demikian anak akan merasa dihargai dan lebih mendengarkan serta menerima
nasehat yang diberikan kepadanya. Kualitas karakter anak yang baik akan lekas
terbentuk melalui keterbukaan yang terjadi antara anak dan orang tua.
DAFTAR RUJUKAN
Hermadi. 2010.
Cara Menjadi Pendengar yang Baik. http://hermadi.blogspot.com/2010/04/10-cara-menjadi-pendengar-yang-baik.html. [24 November 2011]
Teguh, Mario. 2010. Pengertian Mendengarkan. http://quoteindonesia.com/mario-teguh-66.
[14 Desember 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar