Oleh: Ika Airen
Variasi Bahasa Jawa di Jember
Suatu bahasa memiliki ragam atau variasi. Terjadinya keberagaman
atau kevariasian tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga interaksi sosial yang dilakukan masyarakat tutur.
Kevariasian ini akan semakin bertambah apabila suatu bahasa digunakan oleh
penutur yang banyak, dan wilayah yang luas.
Bahasa Jawa memiliki banyak variasi. Ada bahasa Jawa Solo, Jawa Yogyakarta,
Jawa Malang, Jawa Surabaya, Jawa Osing, dan jawa Jemberan. Banyak orang di luar
daerah Jember mengatakan bahwa bahasa Jawa di daerah Jember terkesan belepotan, tetapi justru itulah yang
membuatnya unik. Variasi bahasa Jawa di daerah Jember terjadi akibat persinggungan
bahasa Madura dan Jawa.
Perkembangan budaya dan bahasa di Jember berasal dari dua migran.
Migran Jawa dan migran Madura. Orang Madura banyak tinggal di Jember bagian
utara. Migran Jawa lebih banyak bermukim di Jember bagian selatan. Oleh karena
itu, variasi bahasa Jawa Jember lebih kentara di daerah Utara daripada daerah
Selatan.
Variasi Bahasa Jawa di Daerah Jember Berdasarkan
Tatarannya
Variasi bahasa Jawa Jember tidak hanya berupa kosakata, tetapi juga
pada aspek fonologis, morfologis, dan sintaksis.
1)
Variasi bahasa Jawa Jember yang
berupa kosakata
Variasi bahasa yang
berupa kosakata ini dibagi menjadi dua. Ada yang merupakan serapan dari bahasa
Madura, bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Madura yang di-Jawakan.
Berikut contoh variasi bahasa Jawa Jember yang berasal dari bahasa
Madura yang di-Jawakan.
-
Opo rakah alah alah
bohong.
-
Bano / jarno Bene / Jarne biar
-
Sabene mbiyen dulu
a)
Opo rakah sebenarnya berasal dari bahasa
Madura apa rakah. Orang Jember
mengatakan opo rakah. Kata ini
merupakan semacam ungkapan ketika mendengar seorang yang bisanya hanya
berbicara tanpa berbuat atau orang yang berbohong.
A :
tugase sesok dikumpulno jare rek-arek.
Iyo ta?
(tugasnya besok dikumpulkan katanya teman-teman ya?)
B : opo rakah, nggak kok.
(alah
bohong, tidak kok.)
b)
Bano dan Jarno sebenarnya adalah bahasa Jawa yang di-Madura-kan. Dalam
bahasa Madura adalah torot, sehingga fonem
e pada kata bene dan jarne menjadi bano dan jarno. Hal ini
terjadi karena pengaruh dari fonem O pada kata torot. Bano dan jarno juga
lebih sering diucapkan karena lebih mudah pengucapannya daripada bene dan jarne.
A : jawabannmu iki nggak salah ta?
(jawabanmu ini apakah
tidak salah?)
B : bano wes, sak isoku.
(biar sudah, sebisaku.)
c)
Sabene sebenarnya berasal dari bahasa Madura Sabben, dan orang Jember mengubahnya
menjadi Sabene. Penambahan fonem e di
akhir kata dikarenakan di dalam bahasa Jawa, beberapa kata biasanya berakhiran fonem
e seperti kata bukune (bukune), isuke (paginya).
Sabene aku tau merono, tapi wes lali dalane.
(dulu saya pernah ke sana, tapi sudah lupa
jalannya)
Berikut contoh variasi bahasa Jawa Jember yang serapan dari Madura.
Kata-kata berikut murni berasal dari bahasa Madura, tetapi sering diucapkan
bahkan meskipun si penutur adalah berbahasa Jawa atau berbahasa ibu Jawa. Hal
ini dikarenakan kata-kata ini sering diucapkan oleh hampir semua orang.
Jawa Jember Jawa Asal kata Madura Indonesia
a.
Addek koen! enak koen! Addek koen rasain kamu!
b.
Abeh!, beh! loh? Abbeh! lho?
c.
Adda! yah… Adda! (ungkapan
kecewa)
d.
Huhkah! Huh Huhkah! (ungkapan marah)
e.
Palang - Palang (ekspresi/ungkapan karena ada sesuatu yang bahaya)
f.
Bejik jijik bejik benci, jijik
g.
Salbut ribet salbut ribet, membingungkan
h.
Digegeri diseneni egigirin dimarahi
i.
Gridu bingung griduh ribut, kebingungan
j.
Longor - longor sikap bodoh tapi terlihat lucu
k.
Leter endel leter kemayu
l.
Mara ayo marah ayo
m.
Metao kemeruh metaoh sok tahu
n.
Cek - cek sangat
o.
Pacapa thok ngomong thok pacapa maloloh berbicara terus
p.
Perak cuman perak hanya, cuma
q.
Sengak awas Sengak awas
r.
Seri jagoane Serinah jagoannya
s.
Lugur ceblok Gegger jatuh
t.
Opo’o? nyapo? Arapah? Kenapa?
u.
Balik mulih mole pulang
v.
caruk gelut carok bertengkar, duel
w.
Mak kok mak kok
x.
Mak takker kok
sampek mak tager kok
segitunya
y.
Mak iso? kok
iso? mak bisah? kok bisa
z.
Mak ngunu? kok ngunu? mak deiyeh kok gitu?
aa.
Nyelang nyilih ngenjem pinjam
Pada contoh data (n) yakni cek,
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang ‘sangat’. Di dalam bahasa Jawa untuk
mengungkapkan sesuatu yang sangat ditambahkan kata nemen yang berarti ‘sekali’, seperti adoh nemen berarti ‘jauh sekali’, apik nemen berarti ‘bagus sekali’. Namun, di dalam bahasa Jawa
Jember, untuk mengungkapkan sesuatu yang ‘sangat’ digunakan kata cek yang diambil dari bahasa Madura.
Adoh nemen menjadi cek
adohe
(jauh sekali) (jauh
sekali)
Apik nemen menjadi cek
apik e
(bagus sekali) (bagus
sekali)
Pada contoh data (w) yakni mak
adalah kata yang juga sering digunakan oleh masyarakat Jember. Kata mak merupakan bahasa Madura yang berarti
kok dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa
Jember kata ini sering muncul ketika ada suatu hal yang membuat seseorang
penasaran, terheran, atau terkejut, seperti contoh berikut.
(1)
Mak ngunu koen?
(kok ngunu awakmu?)
(kok begitu kamu?)
(2)
Mak iso?
(kok iso?)
(kok bisa?)
(3)
Opo’o? mak takker ngunu koen?
(nyapo? Kok sampek ngunu awakmu?)
(Kenapa? Kok sampai bertindak begitu
kamu?)
Pada data ketiga, kata mak didapat
dari bahasa Madura, sedangkan takker adalah
kata serapan dari bahasa Madura yakni tager.
2)
Variasi bahasa Jawa Jember pada
tataran fonologi
kata-kata berikut sebenarnya masih berupa bahasa Jawa asli. Namun,
pengucapan fonemnya berubah. Seperti kata poteh
yang seharusnya puteh. Fonem u
menjadi o karena pengaruh bahasa Madura. Di dalam bahasa Madura, lebih banyak
terdapat fonem o, O, dan e, sehingga orang Jember sering mengubah fonem i
menjadi e, u menjadi o, dan o menjadi O. Hal tersebut terjadi juga karena
alasan kemudahan dalam pengucapan.
Jawa Jember Jawa Indonesia
a)
poteh puteh putih
b)
koceng kuceng kucing
c)
godak gudak kejar
d)
sekel sikel kaki
e)
petek pitek ayam
f)
Variasi bahasa Jawa Jember pada
tataran morfologi
Variasi bahasa Jawa di daerah Jember pada tataran morfologi terjadi
pada bentuk pengulangan. Bentuk pengulangan pada bahasa Jawa adalah pengulangan
penuh. Namun, bentuk pengulangan yang terjadi pada bahasa Jawa Jember adalah
pengulangan sebagian. Hal ini terjadi karena pengaruh bentuk pengulangan bahasa
Madura. Di dalam bahasa Madura, bentuk pengulangannya adalah pengulangan
sebagian yakni dengan cara mengambil suku kata terkahir dari kata yang diulang
untuk untuk kata pertama, sedangkan kata kedua dalam bentuk utuh. Misalnya nak-kanak yang berarti anak-anak. Pengulangan
pada bahasa Jawa Jember terjadi pada bahasa Jawa dan bahasa Madura yang di-Jawa-kan.
-
lon-alon alon-alon lon-alon alun-alun
-
lik-cilik cilik-cilik nik-kenik kecil-kecil
Kedua kata di atas merupakan bahasa Jawa asli, tetapi penggunaannya
dalam bentuk pengulangannya menyerupai bentuk pengulangan bahasa Madura. Contoh
yang lain adalah bentuk pengulangan dari bahasa Madura asli, tetapi
pengucapannya disesuaikan dengan pengucapan jawa.
-
Co- koco mbujuk cO-kOcOh bohong
Kata co-koco di atas
adalah kata serapan dari bahasa Madura yakni cO-cOkOh. Orang Jember mengubah Fonem O menjadi o untuk
menyesuaikan dengan pengucapan bahasa Jawa. Dibandingkan kata mbujuk orang Jember lebih sering
mengucapkan kata co-koco.
g)
Variasi bahasa Jawa Jember pada
tataran sintaksis
Variasi bahasa Jawa
Jember pada tataran sintaksis terjadi pada kalimat pasif. Kalimat pasif bahasa
Jawa mendapat tambahan ambek seperti
struktur pasif bahasa Madura yang menggunakan kata bik yang berarti ‘oleh’. Misalnya seperti contoh berikut.
Pasif bahasa Jawa : Sepedamu diangge aku mau.
Pasif bahasa Jawa Jember : Sepedamu diangge ambek aku mau.
Pasif bahasa Madura : Sepedanah be’en eangguy bik engko’ gellek.
Dalam bahasa
Indonesia, kalimat di atas berarti ‘sepedamu dipakai olehku tadi’.
Simpulan
Variasi bahasa Jawa Jember terjadi karena adanya persentuhan bahasa
Jawa dan Madura. Meskipun terkesan rumit, tetapi itu merupakan keunikan bahasa
Jawa Jember. Adanya bahasa Madura yang terserap dalam bahasa Jawa membuat
bahasa Jawa Jember memiliki variasi yang unik. Apabila Yogyakarta terkenal
dengan bahasa Jawa keratonnya, Malang dengan bahasa Jawa yang dibolak-balik,
Jember memiliki variasi karena persentuhan dua bahasa yang memang berasal dari
dua budaya di kota Jember.
Sumber
Chaer, Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
PT Rineka Cipta.