Saat 2018 kembali ke tempat peraduannya
2019 tak sabar tuk segera menerbitkan dirinya
Ia bersiap menemani langkah anak-anak Adam
Kemerlapan cahaya berbunga menghias langit menyambutnya
diiringi tawa haru setiap asa dari insani
Benarkah seluruh makhluk bersorak ria menyambutnya?
"Iya," batinnya. "Jelas, mereka bersorak padaku.
Akulah tokoh utama malam ini."
Ia terkekeh dan tersanjung
Ia tak tahu, di belahan bumi yang lain
ada yang masih tidur beralaskan kardus
ditemani angin malam yang berwajah dingin
ada yang masih bersedu sedan
diterpa alam yang murka beberapa waktu lalu
ada yang masih terkatung dengan kenangan
dari orang terkasih yang menjadi separuh napasnya
ada yang masih merasakan betapa pahit kopi kehidupan
ada yang masih tak tahu cara menikmati
kopi kehidupan yang pahit
2019 tak tahu
Ia tak tahu
Yang ia tahu, banyak huru hara yang memujanya
Yang ia tahu, mungkin saja Tuhan sedang cemburu
Yang ia tahu, ia tertakdirkan tuk lahir di awal tahun
dan mati akhir tahun nanti
karya Ika Airen
Selamat Datang, ^_^ Blog ini disediakan bagi yang suka, yang ingin membaca dan belajar bahasa
Artikel
(1)
Cerita Fantasi
(4)
Cerita Pendek
(6)
Fabel
(4)
Linguistik
(4)
Naskah Drama
(1)
Puisi
(13)
Senin, 31 Desember 2018
Minggu, 30 Desember 2018
TERIMA KASIH, GURUKU
karya Dewi Hanif (9E)
Sebentar lagi aku dan teman-temanku akan melewati
masa-masa kelulusan. Berkat guru yang sudah mengajariku, banyak ilmu
pengetahuan yang aku dapatkan. Pagi ini aku dan teman-temanku membahas tentang
hari-hari kami pada saat kelas tujuh dan delapan. Kami membahas itu untuk
mengenang kenangan kami. Vito, ketua kelas di kelas kami yang pandai dan
bertanggung jawab serta Elsa, bendahara yang terkenal galak dan cerewet.
“Kalian ingat tidak pada saat ada iuran, Elsa
memarahi Aldi karena tidak mau bayar!” ujar Vito.
“Tentu kita ingat!” jawab Aldi.
“Sudahlah, kalian tidak usah membahas itu lagi,”
jawab Elsa.
“Oke. Lebih baik kita membahas hadiah untuk Bu
Frety saja,” ujar Vito.
Bu Frety adalah wali kelas kami yang sangat baik
hati dan sabar. Berkat Bu Frety, aku dan teman-temanku mendapatkan nilai yang
memuaskan saat uji coba. Setiap hari sepulang sekolah aku dan teman-temanku
belajar tambahan untuk ujian kelulusan. Dengan sabar dan telaten, Bu Frety
mengajari kami dengan penuh kasih sayang. Keesokan harinya, semua teman-temanku
berkumpul di rumah Vito untuk membuat rencana.
“Bagaimana jika kita membuat kejutan berupa foto
saja untuk Bu Frety?” saran Lidia.
“Bagus juga idemu,” jawab Vito.
Dari rencana Lidia itu, aku dan teman-temanku
sepakat untuk membuat foto. Satu per satu dari kami mengumpulkan foto kami
untuk dijadikan kado yang dibentuk persegi panjang. Di dalamnya terdapat
foto-foto kami, kalimat ucapan, dan puisi untuk Bu Frety.
Setelah selesai membuat kado, kami berencana
membeli coklat berbetuk hati dan bertuliskan “Terima kasih, Guruku”. Setelah
semua sudah selesai, kami sepakat untuk memberikannya kepada Bu Frety besok.
Pagi hari sudah tiba, kami semua menunggu Bu Frety
di kelas dengan keadaan tegang dan senang. Mendengar suara hentakan kaki menuju
kelas kami, kami segera bergegas berdiri di depan pintu dan menyambut Bu Frety.
Dengan raut wajah senang dan terharu, Bu Frety
meneteskan air mata bahagia. Kami semua mengucapkan terima kasih banyak kepada
Bu Frety karena telah mendidik dan mengajar kami dengan penuh kasih sayang.
“Terima kasih, murid-muridku. Ibu bangga pada
kalian semua. Semoga kelak kalian akan berhasil mencapai cita-cita kalian
semua,” ujar Bu Frety.
Hari ini kelas kami penuh dengan keterharuan dan
kebahagiaan. Setelah acara kejutan untuk Bu Frety selesai, kami pun berfoto
bersama untuk dijadikan kenang-kenangan.
Jumat, 29 Juni 2018
Debaran Kita
karya Ika Airen
Saat itu
Aku mulai bertanya
Apa ini?
Apa yang kurasa ini?
Aku tak melihat selain apa yang
ada di depanku
Yaitu matamu
Aku tak mendengar selain apa yang
kudengar darimu
Yaitu tawa pelanmu
Aku tak tertegun selain pada yang
berdegup di dalam diriku
Apa ini?
Kuulang lagi tanyaku itu
Mungkin,
Kau pun melihat, mendengar, dan tertegun
pada yang sama dengan yang kutanya
Mungkin,
Sejak itu sebenarnya sejak
Hati kita tertambat kuat
PERBEDAAN “ACUH” DAN “ACUH TAK ACUH”
oleh Ika Airen
Pengertian kata “Acuh”
Di dalam KBBI, acuh (verba)
berarti peduli; mengindahkan. Mengacuhkan (verba) berarti
memedulikan/mengindahkan, sedangkan acuhan (nomina) berarti hal yang
diindahkan; hal yang menarik minat. Di dalam tesaurus bahasa Indonesia, kata
acuh bersinonim dengan kata: bena; hirau; hisab; indah; ingat; peduli; dan
tahu. Singkatnya kata acuh berarti peduli. Tak acuh berarti tidak peduli.
Kesalahan penggunaan kata “Acuh”
Penggunaan kata acuh seringkali
salah. Banyak yang mengartikan bahwa pengertian dari kata acuh adalah ‘tidak
peduli’ padahal justru sebaliknya. Bahkan ada beberapa lagu di Indonesia yang
menerapkan kata acuh dengan pengertian ‘tidak peduli’. Di dalam bahasa
Indonesia, kata yang berarti ‘tidak peduli’ adalah ‘abai’ bukan ‘acuh’. Kata mengabaikan (Tesaurus) berlawanan dengan
kata memedulikan, menghiraukan, dan memperhatikan.
Perbedaan “acuh” dan “acuh tak acuh”
Jika ‘acuh’ berarti peduli, maka
beda halnya dengan ‘acuh tak acuh’. Acuh tak acuh berarti apatis, beku, cuai,
hambar, masa bodoh. Dalam bahasa cakapan, acuh tak acuh berarti cuek sedangkan dalam bahasa kiasan
berarti ‘dingin’. Oleh karena itu,
‘acuh’ dan ‘acuh tak acuh’ memiliki arti yang berbeda.
Contoh:
1.Perkataanku tak
diacuhkan oleh mereka = Perkataanku tidak
dipedulikan oleh mereka.
2.Hendaknya kita tak bersikap acuh tak acuh terdahap peraturan sekolah = Hendaknya kita tak
bersikap cuek terhadap peraturan
sekolah.
3.Dia bersikap acuh padamu = Dia bersikap peduli padamu
Senin, 25 Juni 2018
Lukisan Baru
karya Ika Airen
Seperti pagi-pagi yang berlalu
Pagi ini pun lalu lalang insani
kian ramai
Menuntut ilmu
Mencari rezeki
Atau hanya sekedar menyambut
mentari
Semangat kemarin petang yang
meredup
Menyala terang karena sambutan
mentari
Menyiapkan segala sesuatu
Tuk singkirkan sisa-sisa
penyesalan
Buang!
Lempar!
Hempaskan!
Pagi ini tak butuh setitik pun
Sisa-sisa sgala yang basi
Sambutlah!
Kejarlah!
Terimalah!
Segala sesuatu yang memberi asa
baru
Sabtu, 26 Mei 2018
Yang Berharga
Karya Ika Airen
Sambutan pagi yang menari
Sambutan pagi yang menari
merayu belaian hangat mentari
diiringi langkah-langkah insani
Hamparan putih kanvas sang hari
dilapisi helaan asa nan pasti
mengusir sesal yang lapuk terberai
karena diri baru adalah murni
Ia utuh dan suci
menggores guratan warna-warni
pekat
cerah
Di bawah naungan ode tertinggi
Di atas ukiran jari Ilahi
LAGI
Karya Ika AIren
Ketika gelap pulang pada kolongnya
Mentari muncul mengiringi riuh pendaki ilmu
Memberi terang dalam gelap
Meski hitam kadang melini dalam terang
Meracik diksi-diksi fana
Waktu menantang pada mereka
Makhluk-makhluk hina penghias mata
Sembari merayu,
Membujuk
Sekaligus menertawai
Pada anak-anak adam
TAKDIR
Karya Ika Airen
Dalam kosong, dalam gelap
Deretan-deretan diksi enggan bermakna..
Kaku,
Gagu..
Tegang,
Lengang..
Angan, mimpi, logika..
Tak mampu lukiskan
Ialah tabir…
Ialah nyata…Gradasi bukan bayangan, bukan rekaan..
Tetap sebagai takdir..
Persembahan
Karya Ika Airen
Embun-embun pagi menggenang
Merintik-rintik dedaunan
Mentari yang mengintip malu
Menyembulkan cahya tubuhnya
Mendekap alam raya
Menetas makhluk-makhluk Tuhan
Tetesan embun tinggalkan genangan
Membasahi bumi ilalang
Menambah haru,
Menambah deru
Ialah pengorbanan
HUJAN
Karya Ika Airen
Baunya merambat, menohok
Menyapa makhluk-makhluk tak berdaya
Membawa pesan
Mengalirkan sadar
Bau hujan merambat, menohok
Merembes pada jendela-jendela
Memasuki celah-celah gumpalan darah
Mengguyur kolong-kolong dunia
Minggu, 29 April 2018
Variasi Bahasa Jawa di Daerah Jember
Oleh: Ika Airen
Variasi Bahasa Jawa di Jember
Suatu bahasa memiliki ragam atau variasi. Terjadinya keberagaman
atau kevariasian tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga interaksi sosial yang dilakukan masyarakat tutur.
Kevariasian ini akan semakin bertambah apabila suatu bahasa digunakan oleh
penutur yang banyak, dan wilayah yang luas.
Bahasa Jawa memiliki banyak variasi. Ada bahasa Jawa Solo, Jawa Yogyakarta,
Jawa Malang, Jawa Surabaya, Jawa Osing, dan jawa Jemberan. Banyak orang di luar
daerah Jember mengatakan bahwa bahasa Jawa di daerah Jember terkesan belepotan, tetapi justru itulah yang
membuatnya unik. Variasi bahasa Jawa di daerah Jember terjadi akibat persinggungan
bahasa Madura dan Jawa.
Perkembangan budaya dan bahasa di Jember berasal dari dua migran.
Migran Jawa dan migran Madura. Orang Madura banyak tinggal di Jember bagian
utara. Migran Jawa lebih banyak bermukim di Jember bagian selatan. Oleh karena
itu, variasi bahasa Jawa Jember lebih kentara di daerah Utara daripada daerah
Selatan.
Variasi Bahasa Jawa di Daerah Jember Berdasarkan
Tatarannya
Variasi bahasa Jawa Jember tidak hanya berupa kosakata, tetapi juga
pada aspek fonologis, morfologis, dan sintaksis.
1)
Variasi bahasa Jawa Jember yang
berupa kosakata
Variasi bahasa yang
berupa kosakata ini dibagi menjadi dua. Ada yang merupakan serapan dari bahasa
Madura, bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Madura yang di-Jawakan.
Berikut contoh variasi bahasa Jawa Jember yang berasal dari bahasa
Madura yang di-Jawakan.
-
Opo rakah alah alah
bohong.
-
Bano / jarno Bene / Jarne biar
-
Sabene mbiyen dulu
a)
Opo rakah sebenarnya berasal dari bahasa
Madura apa rakah. Orang Jember
mengatakan opo rakah. Kata ini
merupakan semacam ungkapan ketika mendengar seorang yang bisanya hanya
berbicara tanpa berbuat atau orang yang berbohong.
A :
tugase sesok dikumpulno jare rek-arek.
Iyo ta?
(tugasnya besok dikumpulkan katanya teman-teman ya?)
B : opo rakah, nggak kok.
(alah
bohong, tidak kok.)
b)
Bano dan Jarno sebenarnya adalah bahasa Jawa yang di-Madura-kan. Dalam
bahasa Madura adalah torot, sehingga fonem
e pada kata bene dan jarne menjadi bano dan jarno. Hal ini
terjadi karena pengaruh dari fonem O pada kata torot. Bano dan jarno juga
lebih sering diucapkan karena lebih mudah pengucapannya daripada bene dan jarne.
A : jawabannmu iki nggak salah ta?
(jawabanmu ini apakah
tidak salah?)
B : bano wes, sak isoku.
(biar sudah, sebisaku.)
c)
Sabene sebenarnya berasal dari bahasa Madura Sabben, dan orang Jember mengubahnya
menjadi Sabene. Penambahan fonem e di
akhir kata dikarenakan di dalam bahasa Jawa, beberapa kata biasanya berakhiran fonem
e seperti kata bukune (bukune), isuke (paginya).
Sabene aku tau merono, tapi wes lali dalane.
(dulu saya pernah ke sana, tapi sudah lupa
jalannya)
Berikut contoh variasi bahasa Jawa Jember yang serapan dari Madura.
Kata-kata berikut murni berasal dari bahasa Madura, tetapi sering diucapkan
bahkan meskipun si penutur adalah berbahasa Jawa atau berbahasa ibu Jawa. Hal
ini dikarenakan kata-kata ini sering diucapkan oleh hampir semua orang.
Jawa Jember Jawa Asal kata Madura Indonesia
a.
Addek koen! enak koen! Addek koen rasain kamu!
b.
Abeh!, beh! loh? Abbeh! lho?
c.
Adda! yah… Adda! (ungkapan
kecewa)
d.
Huhkah! Huh Huhkah! (ungkapan marah)
e.
Palang - Palang (ekspresi/ungkapan karena ada sesuatu yang bahaya)
f.
Bejik jijik bejik benci, jijik
g.
Salbut ribet salbut ribet, membingungkan
h.
Digegeri diseneni egigirin dimarahi
i.
Gridu bingung griduh ribut, kebingungan
j.
Longor - longor sikap bodoh tapi terlihat lucu
k.
Leter endel leter kemayu
l.
Mara ayo marah ayo
m.
Metao kemeruh metaoh sok tahu
n.
Cek - cek sangat
o.
Pacapa thok ngomong thok pacapa maloloh berbicara terus
p.
Perak cuman perak hanya, cuma
q.
Sengak awas Sengak awas
r.
Seri jagoane Serinah jagoannya
s.
Lugur ceblok Gegger jatuh
t.
Opo’o? nyapo? Arapah? Kenapa?
u.
Balik mulih mole pulang
v.
caruk gelut carok bertengkar, duel
w.
Mak kok mak kok
x.
Mak takker kok
sampek mak tager kok
segitunya
y.
Mak iso? kok
iso? mak bisah? kok bisa
z.
Mak ngunu? kok ngunu? mak deiyeh kok gitu?
aa.
Nyelang nyilih ngenjem pinjam
Pada contoh data (n) yakni cek,
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang ‘sangat’. Di dalam bahasa Jawa untuk
mengungkapkan sesuatu yang sangat ditambahkan kata nemen yang berarti ‘sekali’, seperti adoh nemen berarti ‘jauh sekali’, apik nemen berarti ‘bagus sekali’. Namun, di dalam bahasa Jawa
Jember, untuk mengungkapkan sesuatu yang ‘sangat’ digunakan kata cek yang diambil dari bahasa Madura.
Adoh nemen menjadi cek
adohe
(jauh sekali) (jauh
sekali)
Apik nemen menjadi cek
apik e
(bagus sekali) (bagus
sekali)
Pada contoh data (w) yakni mak
adalah kata yang juga sering digunakan oleh masyarakat Jember. Kata mak merupakan bahasa Madura yang berarti
kok dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa
Jember kata ini sering muncul ketika ada suatu hal yang membuat seseorang
penasaran, terheran, atau terkejut, seperti contoh berikut.
(1)
Mak ngunu koen?
(kok ngunu awakmu?)
(kok begitu kamu?)
(2)
Mak iso?
(kok iso?)
(kok bisa?)
(3)
Opo’o? mak takker ngunu koen?
(nyapo? Kok sampek ngunu awakmu?)
(Kenapa? Kok sampai bertindak begitu
kamu?)
Pada data ketiga, kata mak didapat
dari bahasa Madura, sedangkan takker adalah
kata serapan dari bahasa Madura yakni tager.
2)
Variasi bahasa Jawa Jember pada
tataran fonologi
kata-kata berikut sebenarnya masih berupa bahasa Jawa asli. Namun,
pengucapan fonemnya berubah. Seperti kata poteh
yang seharusnya puteh. Fonem u
menjadi o karena pengaruh bahasa Madura. Di dalam bahasa Madura, lebih banyak
terdapat fonem o, O, dan e, sehingga orang Jember sering mengubah fonem i
menjadi e, u menjadi o, dan o menjadi O. Hal tersebut terjadi juga karena
alasan kemudahan dalam pengucapan.
Jawa Jember Jawa Indonesia
a)
poteh puteh putih
b)
koceng kuceng kucing
c)
godak gudak kejar
d)
sekel sikel kaki
e)
petek pitek ayam
f)
Variasi bahasa Jawa Jember pada
tataran morfologi
Variasi bahasa Jawa di daerah Jember pada tataran morfologi terjadi
pada bentuk pengulangan. Bentuk pengulangan pada bahasa Jawa adalah pengulangan
penuh. Namun, bentuk pengulangan yang terjadi pada bahasa Jawa Jember adalah
pengulangan sebagian. Hal ini terjadi karena pengaruh bentuk pengulangan bahasa
Madura. Di dalam bahasa Madura, bentuk pengulangannya adalah pengulangan
sebagian yakni dengan cara mengambil suku kata terkahir dari kata yang diulang
untuk untuk kata pertama, sedangkan kata kedua dalam bentuk utuh. Misalnya nak-kanak yang berarti anak-anak. Pengulangan
pada bahasa Jawa Jember terjadi pada bahasa Jawa dan bahasa Madura yang di-Jawa-kan.
-
lon-alon alon-alon lon-alon alun-alun
-
lik-cilik cilik-cilik nik-kenik kecil-kecil
Kedua kata di atas merupakan bahasa Jawa asli, tetapi penggunaannya
dalam bentuk pengulangannya menyerupai bentuk pengulangan bahasa Madura. Contoh
yang lain adalah bentuk pengulangan dari bahasa Madura asli, tetapi
pengucapannya disesuaikan dengan pengucapan jawa.
-
Co- koco mbujuk cO-kOcOh bohong
Kata co-koco di atas
adalah kata serapan dari bahasa Madura yakni cO-cOkOh. Orang Jember mengubah Fonem O menjadi o untuk
menyesuaikan dengan pengucapan bahasa Jawa. Dibandingkan kata mbujuk orang Jember lebih sering
mengucapkan kata co-koco.
g)
Variasi bahasa Jawa Jember pada
tataran sintaksis
Variasi bahasa Jawa
Jember pada tataran sintaksis terjadi pada kalimat pasif. Kalimat pasif bahasa
Jawa mendapat tambahan ambek seperti
struktur pasif bahasa Madura yang menggunakan kata bik yang berarti ‘oleh’. Misalnya seperti contoh berikut.
Pasif bahasa Jawa : Sepedamu diangge aku mau.
Pasif bahasa Jawa Jember : Sepedamu diangge ambek aku mau.
Pasif bahasa Madura : Sepedanah be’en eangguy bik engko’ gellek.
Dalam bahasa
Indonesia, kalimat di atas berarti ‘sepedamu dipakai olehku tadi’.
Simpulan
Variasi bahasa Jawa Jember terjadi karena adanya persentuhan bahasa
Jawa dan Madura. Meskipun terkesan rumit, tetapi itu merupakan keunikan bahasa
Jawa Jember. Adanya bahasa Madura yang terserap dalam bahasa Jawa membuat
bahasa Jawa Jember memiliki variasi yang unik. Apabila Yogyakarta terkenal
dengan bahasa Jawa keratonnya, Malang dengan bahasa Jawa yang dibolak-balik,
Jember memiliki variasi karena persentuhan dua bahasa yang memang berasal dari
dua budaya di kota Jember.
Sumber
Chaer, Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Langganan:
Postingan (Atom)